Dirilis pada 2015, A Copy of My Mind arahan Joko Anwar menawarkan kesederhanaan yang hangat dan dekat. Kesan kesederhanaan ini disuguhkan dari sudut pandang masyarakat kelas bawah yang berjalan di bawah bayang-bayang para penguasa di atasnya. Tak cukup dengan itu, bayang-bayang yang mengungkung tersebut juga memenjara mereka. A Copy of My Mind (2015) dimulai dengan cerita Sari, seorang pegawai salon yang mengadu nasibnya di tanah ibu kota. Sari menghabiskan hari-harinya dengan bekerja dan menonton film yang dibelinya di toko DVD bajakan. Suatu hari, film yang ditontonnya memiliki subtitle yang salah, membuat Sari kembali ke toko DVD untuk memprotes sang penjual. Mendapat respon yang tak mengenakkan dari sang penjual, Sari diam-diam mencuri satu kaset DVD dari toko tersebut. Tanpa ia ketahui, Alek, menyaksikan perbuatannya.
Kejadian tersebut membuka pintu hubungan Sari dan Alek lebar-lebar. Di dalam ruangan yang lembab dan lampu murah yang gemerlap, kita diajak untuk sama-sama menyadari bahwa hak untuk bercinta dan mencinta adalah milik semua orang. Pada bagian ini, kehidupan Sari dan Alek terasa begitu nyata. Konfilk mulai muncul ketika Sari memutuskan untuk pindah kerja di salon yang lebih besar. Ia diutus oleh sang pemilik untuk memberikan pelayanan khusus kepada ibu-ibu pejabat di dalam penjara. Melihat peluang yang menguntungkan ini, Sari bergegas ke penjara. Tak ia sangka, sang klien memiliki koleksi DVD di dalam kamar penjaranya, membuatnya tak bisa menahan untuk tak mengambil sebuah DVD dari koleksi tersebut. Ketika Sari menyetel DVD hasil curiannya, ia menemui bahwa DVD tersebut berisi rekaman bukti tindakan korupsi. Tanpa ia sadari, hal ini merontokkan segala angan dan cita-cita yang ingin ia kejar selama ini.
Sari dan Alek tidak pernah ambil pusing tentang apapun yang terjadi di dunia orang-orang besar, mereka hanya berangan untuk tetap dapat hidup, bertahan, dan menemukan kebahagiaan mereka sendiri. Potret yang disuguhkan tentang ironi kehidupan perbedaan kelas ini membuat ngilu. Drastisnya penggambaran tempat tinggal Sari dan tahanan di penjara, berisiknya orang-orang di dalam TV dan diamnya orang yang menontonnya, hingga usaha yang dilakukan masyarakat kelas bawah dengan orang-orang yang berada di atas mereka. Jalinan yang dibangun Sari dan Alek juga mengisyaratkan kedekatan yang begitu nyata, membuat siapapun yang menontonnya akan percaya bahwa mereka memang ditakdirkan bersama.
Secara teknis, A Copy of My Mind dirancang dengan sangat matang. Pengambilan gambar, penataan suara, penataan busana, hingga penataan rias yang disuguhkan dalam film menawarkan kesan apa adanya; membuat penonton merasa dunia tersebut nyata dan benar terjadi. Detil-detil kecil yang mengalir secara visual atau dialog memperkuat A Copy of My Mind menjadi film yang jujur; menampar kita dengan realitas yang ada.
A Copy of My Mind (2015) dapat ditonton di Netflix.
Ditulis oleh Yusi Yuansa Larasati | Disunting oleh vanis