Setiap orang yang mengikuti bagaimana gerak tumbuh perfilman Iran pasti familiar dengan Abbas Kiarostami. Melalui film-filmnya –The Wind will Carry Us (1999), Taste of Cherry (1997), Certified Copy (2010)– ia mengenalkan khasanah film Iran pada dunia. Beberapa penghargaan festival film dunia menganugerahi karya-karyanya dalam program kompetisi tertinggi, seperti penghargaan Palme d’Or Cannes International Film Festival.

Menonton Close-Up layaknya menonton potongan realitas. Close-Up dibuka dengan adegan seorang jurnalis yang keluar dari markas kantor polisi didampingi oleh dua orang polisi. Mereka menaiki sebuah taksi yang mengantarkan mereka menuju sebuah rumah. Di dalam taksi tersebut, sang jurnalis bercerita mengenai penangkapan Hossain Sabzian yang mengaku sebagai Mohsen Makhmalbaf –seorang sutradara besar di Iran. Hossain melakukan penipuan terhadap sebuah keluarga dan memanfaatkan keluarga tersebut untuk meminta berbagai macam fasilitas dengan alasan bahwa ia akan menjadikan rumah tersebut sebagai lokasi syuting film terbarunya. Ketika menjadi Makhmalbaf, ia sepenuhnya mampu menjadi sosok yang benar-benar lain; ia dapat membicarakan banyak hal luar biasa tentang seni, film, dan persoalan hidup yang ia miliki. Ketika menjadi Makhmalbaf, ia merasa bahwa hidupnya benar-benar beda dan ia menikmatinya.

Close-Up dirangkai menjadi sebuah cerita yang berisi tidak hanya kisah sang jurnalis, namun juga usaha-usaha Kiarostami dalam membuat film tersebut. Adanya perwakilan visual atas hal tersebut menambah kenyataan yang dibangun dalam film memang terjadi begitu saja tanpa intervensi apapun. Kiarostami bukan tipikal sutradara yang menangani aspek teknis dengan megah dan mewah. Ia mengemas Close-Up dengan cara yang sederhana namun sarat makna. Close-Up disuguhkan dengan visual yang padat dan intens untuk memahami pemikiran tokoh atas aksi yang ia lakukan.

Keindahan Close-Up tergambar pada tokoh melalui cara pandangnya terhadap hal yang ia cinta –seni peran dan film. Terlepas dari hal praktis yang ia lakukan tak dapat terterima –menipu dan membohongi publik– namun, dedikasi atas hal yang ia cintai mampu membuatnya merasa benar-benar hidup. Menonton Close-Up menimbulkan renungan panjang atas kecintaan kita terhadap sesuatu. Apakah hal itu adalah sesuatu yang membuatmu bertahan atau malah membunuhmu perlahan? Mari kita refleksikan bersama.

 

Close-Up (1990) dapat ditonton di Kanopy atau Criterion Channel.

Ditulis oleh Achmad Rifqon Bachrun Najah | Disunting oleh vanis.