Hari ini, enam tahun lalu, sebuah film pendek yang dikaryakan secara kolektif memasuki hari pertama produksi. Nilep (2015) menjadi film yang menandai garis awal lahirnya Ravacana Films. Kala itu, tak ada hal lain yang dapat kami tawarkan pada dunia selain semangat yang menggebu dan niat yang bulat. Perihal lain yang datang setelahnya menjadi sesuatu yang, “ah dipikir nanti aja, pasti bisa.” Mantra tersebut ternyata tak semudah ketika diucapkan. Perihal-perihal yang hinggap ternyata tak sepele. Pertengkaran, pergolakan, pertentangan, semua yang merujuk pada negasi-negasi berbuntut bubar seolah tak pernah pergi. Namun, kami tetap berdiri –paling tidak, selalu berusaha untuk tetap berdiri.
Selama enam tahun, kami berusaha untuk saling mendekap. Saling memaknai bahwa Ravacana Films tak hanya milik kami sebagai kolektif, tetapi juga milik seluruh yang mendukung. Hari ini, kami ingin merayakannya dengan sukacita; dengan riuh doa; dengan peluk hangat; dan dengan sebongkah ucapan terima kasih. Berikut adalah catatan kami memperingati enam tahun rumah kami berdiri:
Egha Harismina
Bermodal keyakinan, cita-cita besar, dan kemauan belajar pada tiap langkah yang diambil ternyata membawa kami sampai di sini. Saya masih ingat kapan pertama kali kami mengadakan rapat. Rapat tersebut berada di sebuah kontrakan kecil di daerah Nogotirto, Yogyakarta. Kami menyoal cita-cita lalu menuliskannya pada papan kecil yang tergantung di ruang tengah. Hasil rapat pada malam itu juga terekam rapi di sebuah catatan notulensi yang hingga kini masih tersimpan di grup LINE Ravacana Films. Satu per satu, kami mendekat pada cita-cita yang dulu seolah hanya akan menjadi angan-angan.
Bahagia rasanya menjadi bagian dari tumbuhnya Ravacana Films. Selayaknya keluarga, kami melalui proses yang terkadang tak mudah. Membebaskan seluruh anggota untuk melanglang buana dan berpetualang dengan keyakinan bahwa saat waktunya tiba, siapapun yang pergi pasti akan pulang. Ravacana Films tak hanya menjadi bagian yang harus dihidupi, tetapi sebaliknya, Ravacana Films kini dapat membuat kami lebih hidup. Enam tahun ini hanya satu dari banyak langkah menuju kebersamaan yang semoga tak akan berujung.
Wahyu Agung Prasetyo
Ketika orang-orang menyebut bahwa Ravacana Films adalah sebuah rumah produksi, saya menyebut bahwa Ravacana Films lebih dari hal tersebut. Ia adalah rumah pelipur lara; tempat pulang, pemantik untuk tumbuh dan berkembang, juga penyemangat untuk melawan dan menyingkirkan pesimis yang ada dalam hidup. Dalam langkah-langkah yang saya tempuh, keraguan yang mengiringi seolah menguap ketika saya tahu bahwa saya melangkah bersama Ravacana Films; membuat ragu tersebut menjelma menjadi energi positif yang terus memberikan gairah untuk selalu berkarya.
Bagi saya, Ravacana Films bukan sekadar wadah eksplorasi kreatif, ruang aman, dan medium menyalurkan karya, tetapi merupakan sejarah terpenting dalam hidup saya. Bersamanya, keyakinan untuk tetap hidup dan menghidupi bersama adalah hal yang akan terus saya perjuangkan. Ravacana, mari menua bersama dalam suka dan duka.
Elena Rosmeisara
Teringat pernah bermain di masa kecil, menyusun kaset pita sampai setinggi-tingginya. Rubuh, ketika kita salah meletakkan karena membuatnya tak seimbang. Namun, hanya punya semangat untuk kembali menyusun dan membangun sampai lebih tinggi lagi. Seperti yang selalu kami katakan dan saya yakini, Ravacana Films akan selalu menjadi rumah. Bermain sejauh-jauhnya, kami tetap akan pulang. Karena di rumah ada tawa dan tangis, senyum dan marah, suka dan duka, janji dan ingkar, dekap dan lepas, yakin dan bimbang, caci dan puji, angkat dan buang.
Bertahan dan melesat. Ravacana Films akan selalu menjadi tempat beradu; bertelanjang luruhkan semua kekang.
Ludy Oji Prastama
Katanya, umur enam tahun sudah waktunya masuk Sekolah Dasar. Selayaknya tumbuh kembang anak, ia melalui tahap-tahap yang memiliki tantangannya sendiri; ia belajar mengecap, melihat, meraih, menyimak, lalu berbicara. Langkah kecil yang dijajaki semakin lama semakin jauh. Meskipun sesekali terjatuh dan terluka, ia tak berhenti mencoba lagi. Hingga pada masanya ia mulai berjalan dan berlari, tujuannya tak pernah berganti.
Sekarang, gerbang Sekolah Dasar terbuka lebar untuknya. Ia mulai bermimpi untuk menjadi lebih besar dari sebelumnya; untuk belajar, tak mengenal kata puas, dan melahap segala ilmu yang datang dari mana-mana. Dengan rasa ingin tahu yang besar, ia menjadikannya bahan bakar untuk selalu mencoba hal baru; dengan rasa tersebut pula ia bertemu dengan kesalahan. Alih-alih berbalik dan menyerah, ia makin bersemangat untuk melangkah, menyeimbangkan segalanya agar proses belajarnya semakin ideal.
Seperti yang orang-orang katakan bahwa dunia tak selebar daun kelor, jalan di depan sana tak akan selalu mudah. Terkadang ia akan landai, lalu curam, lalu mulus, lalu bergelombang, lalu ia akan menjadi kelokan yang mengejutkan. Petualangan itu tak akan kamu tempuh sendirian karena ada tujuh pasang kaki yang akan menemanimu melangkah. Karena rasa dan warna di depan sana akan kita tuju bersama.
Riyadi Prabowo
Ravacana Films; sebuah tempat yang mengubah banyak hal dalam hidup saya. Darinya lah saya tahu tentang cita-cita. Ketika saya memaknai kembali apa itu rumah, keluarga, dan kampung halaman, seluruhnya berubah ketika saya mengenal Ravacana Films. Di sana, saya belajar untuk merawat percikan semangat yang terkadang tenggelam; menetapkan hati untuk selalu merawat api semangat itu agar tetap menyala dalam kondisi apapun.
Selamat hari jadi yang keenam, Ravacana. Terima kasih sudah menjadi rumah untuk cita-cita yang abadi.
Vanis
Tidak menyangka bahwa pertemuan yang tidak disengaja membuat saya bermuara pada sebuah keluarga. Pertemuan tersebut terjadi ketika saya bergelut dengan ketidakpastian masa depan yang kala itu saja masih tak dapat saya definisikan akan ke mana arahnya. Ketika saya merengkuh dalam keluarga ini, saya tahu perjalanan yang akan saya tempuh bersamanya akan menjadi sesuatu yang berharga. Benar saja, satu langkah, dua langkah, tiga langkah, kami masih bersama. Ternyata, ketidakpastian adalah sesuatu yang menggerakkan ketika kita berjalan bersama orang-orang yang percaya.
Semakin jauh kami melangkah, ternyata semakin dekat pula kami dengan satu sama lain. Hubungan yang awalnya seolah hanya sekadar rekan kerja atau rekan berproses yang terikat oleh film akhirnya tumbuh menyeruak sesubur-suburnya. Hubungan yang seharusnya berjenjang, bersama keenam orang ini, menjadi akselerasi. Segala hal yang tumpah pada perjalanannya menjadi pembelajaran yang tak pernah saya dapatkan di manapun. Hal-hal kecil yang tak melulu soal film menjadi berharga dan terpelihara.
Pada akhirnya, Ravacana Films hanyalah identitas yang kami sematkan untuk rumah kami berpulang. Kemarin, kini, dan nanti.
Tiaratita
Menjadi bagian Ravacana Films seakan melihat tumbuh kembang seorang anak. Mulai dari belajar merangkak hingga berjalan, kuat untuk mampu berdiri, hingga akhirnya dapat menyeimbangkan tubuh lalu mampu berjalan walau hanya beberapa langkah. Dalam proses tersebut tentu saja ada jatuh, terluka, dan menangis, tetapi ia ternyata berani berdiri kembali dan mulai melangkah lagi. Proses pertumbuhannya tak hanya sendiri. Ada banyak orang-orang yang mengelilingi dan memberi semangat agar ia tetap berdiri dan berlari. Ravacana Films tumbuh bersama orang-orang yang memiliki semangat dan kepercayaan bahwa sesuatu yang berasal dari hati akan kembali ke hati.
Mungkin bagi beberapa orang di luar sana, Ravacana Films adalah sebatas komunitas atau rumah produksi. Namun, bagi saya, Ravacana Films merupakan tempat aman. Tawa, amarah, duka, seluruhnya dapat saya tuangkan di sini. Dan yang paling penting, Ravacana Films adalah tempat di mana saya dipertemukan dengan sebuah keluarga yang akan selalu siap mendukung dalam segala naik turun perjalanan hidup saya.
Layaknya anak umur enam tahun yang akan masuk Sekolah Dasar, tahun ini adalah lembaran baru untuk tantangan-tantangan lain yang lebih besar untuk Ravacana; dan layaknya anak umur enam tahun, ia akan melewatinya bersama teman-teman yang siap menghadapi tantangan itu bersama.