Masa-masa sekolah merupakan sebuah masa yang banyak orang rindukan. Memori-memori tentang bermain bersama teman, mengikuti ekstrakurikuler, mementaskan karya di atas panggung, hingga menjalin hubungan percintaan yang rumit, segalanya seakan terjadi pertama kali di masa sekolah. Kenangan-kenangan tersebut dapat kembali kita rasakan dengan menonton Whisper of the Heart. Film karya sutradara Yoshifumi Kondo produksi Studio Ghibli pada 1995 ini menceritakan tentang seorang gadis SMP bernama Shizuku yang menemukan nama Seiji Amazawa dalam setiap buku yang ia pinjam. Disetir oleh rasa penasaran, Shizuku memulai petualangan masa sekolah menengahnya.
Whisper of the Heart memiliki alur dan konflik yang mudah dicerna. Karakter yang ditampilkan dibuat sangat humanis dan natural –sangat cocok dengan gambaran kehidupan remaja akhir 90-an. Tak hanya para karakter utama, karakter pendukung cerita juga ditampilkan dengan sangat cemerlang dan membekas. Salah satunya adalah Kakek Shiro, kakek Seiji Amasawa yang bekerja sebagai penjual barang antik. Kakek Shiro adalah karakter yang menjadi jembatan pertemuan Shizuku dan Seiji Amasawa. Tak hanya para karakternya, percakapan dalam Whisper of the Heart juga terjadi begitu natural dan seakan tanpa cela. Salah satu yang membekas adalah, “don’t expect perfection at first.” yang dilontarkan Kakek Shiro pada Shizuku.
Secara teknis, film ini menawarkan teknis yang baik dari beberapa aspek. Dubbing karakter yang terdengar sangat natural dan pas, pemilihan musik tema yang membangkitkan suasana, dan penataan gambar yang ciamik mewakili mota Western Tokyo, disajikan dengan sangat indah dan menyejukkan hati. Film ini mampu menjadi penawar yang segar untuk sejenak keluar dari rutinitas sehari-hari untuk sekadar nostalgia pada masa-masa indahnya sekolah.
Whisper of the Heart (1995) dapat ditonton di Netflix.
Ditulis oleh Louis Maleakhi | Disunting oleh vanis