Menonton versi live-action Mulan (2020) akan lebih menyenangkan jika belum pernah menonton versi Mulan (1998). Film produksi Disney yang disutradarai oleh Niki Caro ini dirilis di Indonesia pada 25 Maret 2020 setelah ditangguhkan penayangan luringnya di bioskop dikarenakan pandemi. Mulan (2020) menceritakan perjuangan Hua Mulan yang menggantikan ayahnya yang tak bisa berangkat berperang karena sakit. Jika dibandingkan dengan pendahulunya, banyak karakter yang akhirnya dieliminasi guna mempersingkat jalannya cerita. Penghilangan karakter dalam Mulan (2020) membuat elemen komedi dan drama dalam film ini terasa sedikit hambar. Karakter ikonik seperti Mushu –naga kecil– yang menemani petualangan Mulan, dan karakter Kapten Li Shang yang akan jatuh cinta pada Mulan tidak ditampilkan. Pada Mulan (2020) juga dihadirkan tokoh baru, Si Penyihir, yang membuat Mulan menyadari bahwa ia seharusnya tak malu atas kekuatannya, menjadikan karakter Mulan seakan lemah. Berbeda dengan Mulan (1998) yang membentuk karakter Mulan untuk dengan sendirinya menerima kekuatannya.
Selama film berlangsung, tak banyak adegan yang diperlihatkan secara detil sehingga terasa seperti melompat antara satu shot ke yang lain dengan ritme yang cepat. Hal ini berdampak pada karakter Mulan yang ditampilkan sebagai sosok yang keunggulannya hanyalah memiliki kekuatan super. Di samping kelemahannya, Mulan (2020) menawarkan nilai produksi yang baik yang tercermin salah satunya dengan pemilihan Donnie Yen yang memiliki latar belakang sebagai aktor laga. Jika ditilik dari usahanya, Mulan (2020) berhasil menggambarkan peran perempuan yang memiliki kesetaraan dengan laki-laki. Perjuangan perempuan yang dianggap lemah ditampik dan disuguhkan dengan apik. Pada akhirnya, sebagai sebuah film Disney, Mulan (2020) dapat dinikmati dan dicerna dengan mudah. Jika saya berumur 15 tahun saat menonton film ini, saya rasa saya akan jatuh cinta.
Mulan (2020) dapat ditonton di Disney Plus.
Ditulis oleh Dhiyaswari Sindoro Murti | Disunting oleh vanis.