Film kesembilan karya sutradara Quentin Tarantino, Once Upon a Time in Hollywood (2010), menceritakan perjuangan Rick Dalton (diperankan oleh Leonardi diCaprio), seorang selebritas televisi dan film, dan Cliff Booth (diperankan oleh Brad Pitt). Film yang berlatar tahun 1960 ini menawarkan alternasi sejarah mengenai peristiwa pembunuhan Sharon Tate (diperankan oleh Margot Robbie) oleh Manson’s Family (kelompok pembunuh pengikut Charles Manson).

Pendekatan Tarantino pada film ini seakan berdasar pada pertanyaan, “bagaimana jika?”. Bagaimana jika sebenarnya Sharon Tate tidak mati dibunuh oleh Manson’s Family? Bagaimana jika legenda film laga dapat dikalahkan oleh seorang pemeran pengganti? Melalui pendekatan ini, alternasi yang ditawarkan Once Upon a Time in Hollywood (2019) menjadi film yang menyenangkan untuk diikuti. Ketika mengkonsumsi sejarah yang telah diketahui secara umum, mengetahui alternasi lain tentang sebuah peristiwa menjadi menarik. Aspek lain yang menambah menariknya film ini adalah penggunaan aset rekaman asli sebagai pendukung visual untuk memperkuat sudut pandang dan penggambaran karakter Sharon Tate. 

Sebagai sebuah karya, Once Upon a Time in Hollywood (2019) menawarkan paket lengkap di mana sajian konten dan aspek teknis saling mendukung satu sama lain. Tak seperti film Tarantino lain yang didominasi adegan berlumur darah, Once Upon a Time in Hollywood (2019) lebih ramah akan hal tersebut. Film berdurasi 161 menit ini dapat dinikmati di Netflix.

 

Ditulis oleh Muhammad Rifaldi Saputra | Disunting oleh vanis.